Pagi-pagi ketika aku sedang
mencuci baju si kecil Dzaky, suamiku datang dan menyampaikan kabar yang
membuatku galau bin trenyuh. Galau, seandainya ada banyak hal yang bisa
kulakukan untuk si mbak yg diceritakan suami tersebut. Trenyuh, ah tidak sampai
hati kejadian itu kok ya menimpa si mbak, yang menurutku orangnya baik,
sederhana dan tidak neko-neko. Tapi aku yakin Allah pasti punya rencana
terindah untuk si mbak dibalik semua peristiwa ini. Semoga.
Kisah ini bermula ketika salah satu
tetanggaku, sebut saja bunda, tidak berangkat di pengajian ibu-ibu di kampung.
Kata tetanggaku yang lain sih beliau habis melahirkan. Masak iya sih? Kok aku
nggak tahu kalau hamil ya, Ya Rabb kesibukan macam apa yang membuat hamba tidak
punya cukup waktu untuk sekedar memperhatikan tetangga, rutukku dalam hati.
Kebetulan tempat pengajian di dekat
rumah bunda, so sebelum acara dimulai aku cari-cari kabar tentang si bunda.
Ternyata bunda, memang telah
melahirkan, tetapi suaminya tidak mau mengurusi dirinya dan anaknya. Sebenarnya
suaminya sudah lama meninggalkannya tapi kemudian kembali lagi, eh setelah
istrinya hamil, dia ‘minggat’ lagi. Duh laki-laki macam apa orang seperti itu,
apa dia pikir lahir dari batu. Uhf…Kisah berlanjut sempat ada desas-desus, si
jabang bayi mau dikasihkan orang lain.
Akhirnya aku dan suami sepakat
pagi-pagi sebelum kerja nengok si bunda, sekedar ingin tahu kondisinya. Sampailah
kami disana, senang melihat bunda sudah sehat, Cuma sayang kami tidak sempat
nengok bayinya (dan ini yang bikin aku nyesel sampai sekarang) karena buru-buru
kerja. Ngobrol sedikit sama bunda and cabut deh. Kami cukup tenang ketika ada
kabar bunda akan merawat anaknya sendiri, dan kami berharap ada rezeki yang
lebih biar bisa bantu si bunda. Bayangkan, bunda harus bekerja seorang diri
untuk menghidupi dua anaknya ( sebenarnya anaknya tiga , yang satu ditipkan di
desa). Sampai hamil tuapun si bunda masih memaksakan diri bekerja, PP jalan kaki,
padahal tempatnya cukup jauh dan jalannya naik-turun. Nangis deh kalo inget
ini, ich jadi sebel uel..uell sama suaminya. Pengen gue tonjok-tonjok terus gue
masukin karung, and then dibuang ke laut aja
L
Akhirnya datanglah kabar yang
bikin hati aku sedih banget, ceritanya tadi malam si jabang bayi jadi
diserahkan orang lain untuk dirawat. Si bunda melepasnya dengan derai air mata.
Ampe tetanggaku, bapak-bapak yang kebetulan melihat peristiwa itu buru-buru
pulang sambil menahan air mata, karena tidak kuasa melihat hal itu. Sebenarnya
bunda dan ayahnya ingin merawat si jabang bayi sendiri tapi ibu si bunda
bersikeras untuk memberikannya pada orang lain. Ya Allah, hati ibu mana yang
tidak luka mengalami peristiwa semacam ini? Di saat si jabang bayi baru
seneng-senengnya menetek harus dipisahkan dengan ibunya. Ya Rabb berilah
kekuatan kepada bunda untuk menghadapi semua ini, semoga anaknya menjadi anak
yang soleh walaupun beliau tidak sempat merawatnya.
Kasihan banget dengan si bunda,
sudah ditinggal suaminya, harus berpisah dengan anak keduanya dan sekarang
harus berpisah dengan anak ketiganya yang masih bayi merah. Posisinya memang
lemah, dan keputusan ibunya begitu dominan. Ok, aku tidak ingin menyalahkan
siapapun, aku hanya ingin ber-empati dengan si bunda. Ya Rabb, bagimanapun aku
juga seorang ibu, dan aku bisa merasakan luka hati si bunda. Sabar ya bun…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar