Aku lihat ada segores kecewa dalam kilatan matanya. Aku mengerti dan mencoba memahami. Mungkin aku akan melakukan hal yang sama saat di posisinya.Di saat dia sedang tertatih menjaga agar perahu kami tetap berjalan, lagi-lagi ada ganjalan. Pelakunya selalu sama dan begitu modusnya. Ah, sudahlah...entah apa maunya.
Kebersamaan kami memang belum lama, aku berpatner dengannya belum genap satu tahun. Tapi sedikit banyak aku mengenalnya. Beliau adalah pribadi yang tawadhu', hati-hati ketika bicara, amanah, istiqomah, cinta ilmu, konsisten sekaligus tegas. Beliau juga tidak pernah menyinggung latar belakangku, meskipun dia punya prinsip tapi beliau mampu berdiri di atas semua golongan. Itu yang membuatku nyaman. Beliau tidak pernah mempermasalahkan aktivitasku di luar, bahkan sangat mudah memberiku ijin untuk sekedar berangkat taklim.
Walaupun dulu posisinya di bawahku dan sekarang dia di atasku, tidak sedikit pun dia bersikap sok kepadaku. Kami masih seperti dulu, bahkan tidak jarang aku lupa memanggilnya dengan embel-embel 'ustdaz' di depannya. Yah aku mengenalnya, sejak ia santri hingga menajdi ustadz hari ini.
Sebagai sahabat, saudara dan patner kerja aku akan berusaha mendukungnya semampuku. Aku tahu mungkin suatu saat nanti aku juga akan pergi. Namun, selama aku masih bertahan, aku akan berusaha mendukungnya. Agar semua menjadi lebih baik adanya...
Aku berharap, esok kulihat cahaya di telaga matanya. Cahaya yang membawa semangat untuk memberikan kontribusi yang terbaik untuk umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar