Kamis, 17 Maret 2011

SAYAP-SAYAP MIMPI

Alhamdulillah, akhirnya tulisan saya dimuat media juga. Walaupun baru cerpen setidaknya test case buat menembus media sudah terlampaui. Saya bersyukur tidak sampai cerpen yang ke sepuluh akhirnya dimuat juga. Bahkan baru sekali saya mengirimkan cerpen ke surat kabar tersebut, surpraise langsung muat. Semoga bukan karena salah satu redakturnya adalah teman saya. ^-^

Cerpen yang dimuat itu ibaratnya mimpi saya yang telah menemukan sayapnya. Hingga atas ijin Allah mengangkasa dibaca beribu pasang mata. Tidak mudah memang untuk sampai pada tahap itu, perlu sebuah perjuangan dan tentu saja menemukan sayapnya. Oke guys disini saya mau bercerita tentang sayap itu, mungkin kamu bisa ambil hikmahnya dan juga sekaligus menemukan sayapmu. Agar karya-karyamu bisa mengangkasa, menyapa angin, embun, awan, pasir dan air di seantero dunia.

Masih ingat ya di notes saya dulu, saya sempat menuliskan betapa orang tua begitu menginginkan saya menjadi guru. Oke, sebuah profesi yang mulia bukan? Tapi saya menjadi agak beban jika kemudian ada embel-embel PNS di belakang kata guru itu. Jujur jauh di lubuk hati saya tidak ingin mengecewakan mereka, dua manusia setelah Rasulullah, Saw yang paling saya cintai. Awalnya memang ada pemberontakan dalam diri saya, meskipun tidak terllihat. Kalau ortu nyuruh ikut PNS ya ikut aja, tapi kalau suruh jadi guru honorer saya tidak mau. Peluang menjadi PNS di negeri ini sangat kecil, tapi itu justru kesempatan bagi saya untuk berkelit dari keinginan ortu. Bukan berarti kalau test CPNS saya nggak serius lho, tetap saya mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Karena prinsip hidup saya, menjalani apapun itu harus dengan serius. Niat saya hanya ingin menyenangkan hati orang tua, itu saja. Diterima ya syukur, nggak diterima ya Alhamdulilah, berarti saya masih punya waktu untuk mengejar mimpi saya yang lain.

Hingga suatu ketika saya membaca bukunya Ippho Santosa, yang judulnya 7 Keajaiban Rezeki. Disana ada satu point yang sangat menarik bagi saya, yaitu, Ketika mimpimu bertemu dengan mimpi-mimpi orang di sekitarmu. Maka mimpimu akan lebih cepat terwujud. Sebab mimpimu telah menemukan sayapnya.

Berbicara terkait mimpi, hem mimpi saya banyak sekali. Bahkan saya pun sengaja membuat dreamlist mimpi untuk memotivasi diri saya. Salah satu mimpi saya adalah ingin jadi PENULIS. Bukan sekedar menulis sebagai hobi, tapi sebagai sebuah profesi. Penulis yang bisa mencerahkan dan memberi kemanfaatan untuk umat. Bagi saya profesi ini sangat menarik, ada satu kepuasan batin jika melihat orang yang membaca karya kita itu respect dan berubah menjadi lebih baik. Sebenarnya hampir sama dengan guru, intinya bagaimana kita membuat orang lain memahami sesuatu. Hanya beda cara dan media saja. Dengan menjadi penulis pun sebenarnya saya juga telah menjadi guru, tergantung sejauh mana orang yang membaca tulisan saya bisa mengambil pelajaran dari karya yang saya tulis.

Kemudian tentang sayap itu. Penasaran ya dengan sayap itu? yang jelas bukan Sayap-sayap patahnya Kahlil Gibran lho. Kalau patah kan tidak bisa dipakai buat terbang he…he…Eng…ing eng sayap itu adalah kata RIDHO, tapi juga bukan Ridho Rhoma. Ridho orang tua, ya keridhoan orang tua atas diri kita. Ketika orangtua sudah ridho maka untaian doa-doa kan tercurahkan bagi anak-anaknya. Dan jika orangtua sudah ridho maka Allah pun akan meridhoinya pula.

Saya pun merenung, mungkinkah yang mengganjal mimpi saya karena orang tua punya mimpi yang lain untuk saya. Jadi dalam doanya orang tua menghendaki saya menjadi seperti yang beliau inginkan, sementara saya sendiri ingin jadi penullis. Hem berarti PR saya adalah bagaimana mempertemukan mimpi saya dan mimpi orang tua, agar mimpi itu bersayap dan terwujud. Tapi sepertinya sulit jika meminta orang tua untuk merubah mimpinya, apalagi doanya. Saya pun memilih jalan tengah. Biarkan orang tua berdoa agar saya menjadi seperti apa yang beliau inginkan, tapi di sisi lain saya meminta orang tua untuk menyisipkan mimpi-mimpi say a diantara doa-doanya.

Hingga suatu sore, saya pulang ke rumah dengan tujuan ini. Ketika saya dan ibu sedang duduk berdua, kami bicara dari hati ke hati. Tentang keinginan saya dan keinginan beliau terkait diri saya. Saya bersungguh-sungguh meminta agar ibu meridhoi mimpi saya, saya sampaikan baik-baik keinginan saya untuk menjadi penulis. Alhamdulillah beliau tidak marah. Bahkan setiap kali saya pulang beliau sering menanyakan, apakah tulisan saya sudah masuk penerbit belum? Wow walaupun pertanyaan itu sederhana tapi cukup membuat saya semakin terlecut untuk menulis. Tak berselang lama sekitar 1 bulan, karya saya perdana di muat di media. Alhamdulillah, matur nuwun Bu atas doanya………..

Dari sini pula saya pun berazzam untuk serius menggeluti dunia kepenulisan, sambil berusaha mewujudkan mimpi ortu juga. Minimal menjadi guru lewat karya saya, atau menjadi guru bagi anak-anak saya kelak dan yang terpenting menjadi guru kehidupan bagi sesama kita.

Setelah ridho ibu saya kantongi, saya pun bicara baik-baik sama Bapak. Habis selama ini bapak yang paling getol mencari info-info PNS buat saya. Saya agak nggak enak sama Bapak. Olala ternyata bapak pun memberikan sebelah sayapnya untuk menerbangkan mimpi saya. Bapak bilang, terserah saya mau jadi apa saja, asal itu baik dan tidak melanggar aturan syar’i. Bapak juga mendoakan agar saya bisa meraih apa yang saya cita-citakan.

Itulah kawan sepenggal kisah tentang sayap yang telah saya temukan. Jujur saya sangat merindukan bekerja di dunia yang terkait dengan tulis-menulis. Menjadi penulis, editor, book publisher or jurnalis, profesi yang menarik dan menantang. Saya lebih memilih dikejar deadline daripada diikat peraturan birokrat yang ribet. Yach semoga suatu saat nanti. Bukankah jalan menuju kesana pun sekarang sudah terbentang. Allah memberi saya jalan masuk menjadi redaktur majalah Laziz Jateng, kemudian seorang teman mempercayakan naskah proyeknya kepada saya (walaupun nggak tahu layak terbit nggak, coz belum ada confirm), semoga itu semua bisa menjadi sarana pembelajaran untuk saya.

Dua hal yang senantiasa saya pegang dalam pekerjaan adalah ‘serius’ dan ‘profesional’, disinilah hasil kerja kita akan terlihat serta kredibilitas kita akan dinilai. Jika dua hal itu telah kita pegang, hanya tinggal nafas kesabaran yang kita perpanjang untuk mengawinkannya dengan kesempatan. Oke guys selamat menemukan sayapmu dan meraih mimpimu…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar